Rabu, 29 April 2009

Jimmy Please Dont Cry

Dalam kehidupan yang apa adanya, maksudku sebelum ahli sastra, pengarang puisi cinta, penyanyi melankolis dan seniman campur tangan menerjemahkan kejadian-kejadian. Dan alam adalah apa adanya.



Matahari bersinar, burung berkicau, langit biru, dan angin semilir membelai dadaku yang berbulu halus. Begitupun planet berputar diporosnya. Bintang pun demikian. Sayangnya, matahari, bulan, bintang dan planet berputar tidak untuk mengelilingi anda, dan saya. Begitulah akhirnya ketika fakta itu terungkap paska auffklarung, renaisance, kawan komunis menanyakan; dimana posisi Tuhan bertahta? Muso kepada Syarifuddin mengharapkan Rusia bertemu tuhan di tempat terpencil di galaksi. Dan Nietze tidak mendapati tuhan dipuncak gunung.


Mengingatkanku kemudian kepada seorang Jimmy, sahabat karibku. Yang terlunta-lunta nasibnya dikeramaian dan ditengah perputaran uang. Menginginkan kesenangan dan cinta.

Keinginan itu pula yang mengantarkan memasuki gerbang rumah mewah di bilangan Sawah Besar, Jakarta. Seseorang yang hendak ia temui hari itu adalah seorang wanita muda keturunan yang ia kenal dari chatting. Ia bingung, merasa kerdil ketika tahu bahwa kenalannya adalah orang kaya yang memiliki segalanya. Punya gerai boutiq di mangga dua dan tanah abang. Dan Jimmy, temanku adalah pemuda tampan dan perkasa, tetapi hanya memiliki harta yang ada di dompetnya.




Belum hilang kebingungannya, ia mendadak kaget ketika mengetahui teman chatingnya adalah seorang wanita cacat pisik dan hanya bisa berjalan dengan kursi roda. Ia memiliki tulang yang rawan patah dan menghabiskan hidupnya bersama kursi berjalan itu.


Meski begitu, ia tetap menginginkan belaian dan cinta.

Ketika kemudian Jimmy bertanya,"Apa yang terjadi padamu?" Lalu perempuan muda itu menjawab,"Tuhan tidak adil padaku". Jawabnya persis seperti seorang seniman.

Pertanyaan yang hampir sama di ungkapkan beberapa orang Aceh dan Nias, "kenapa Tsunami menimpa pulau kami? Kenapa tidak dipulau kosong misalnya?" Dan pertanyaan seekor kijang muda,"Mengapa macan selalu mengkebiri ras kami? Kenapa macan tidak makan rumput saja?"
Dan anda, apa pertanyaan anda?

Jimmy temanku selalu bertanya,"kenapa aku dilahirkan dari keluarga susah, punya isteri tiga dan pengangguran?"
Entahlah....






Aku memberinya perumpamaan, "kamu masih lebih baik dari anak kecil itu, yang masuk tivi karena dibakar oleh ibunya, tetapi tidak diberi kecap dan saos". Ia lalu tertawa, ingat Sumanto, kenalannya.

"Iya sih". Jawabnya setuju. Dan ia membalas dengan kisah tentang ular kobra. Ha? Ular kobra! Aku langsung merinding membayangkan mahluk berbisa itu.

Seekor betina akan mengerami telur, untuk regenerasi. Tetapi beberapa hari menjelang hari H telur-telur itu menetas, sang ibu akan pergi meninggalkan anak-anaknya. Ku bertanya,"kenapa? Tidak kah ada rasa cinta pada hewan? Seperti kita manusia? Perikehewanan, atau animal code ethic misalnya?"

Ular itu sangat mencintai anak-ananknya. Jangan salah, ia adalah seekor ular pemangsa. Yang takut tidak bisa mengendalikan diri untuk memangsa anaknya sendiri disaat kelaparan seperti itu. Seekor ular betina tidak makan selama mengerami telurnya. Jadi pasti ia kelaparan sekali. Ia pergi karena sayang sama anak-anaknya. Tidak mau makan anak sendiri. Aku faham, ternyata ular punya rasa sayang.





Kemudian Jimmy menembakkan poinnya; "bandingkan ular betina berbisa itu dengan ibu yang membakar anaknya tadi."Aku lemas dan terperangah! Dan berseru....

Wahai Tuan pembuat puisi cinta dan penyair. Wahai pengembara yang haus akan cinta. Apakah engkau telah menemukan Cinta? Belahan jiwa? Wahai kawan, sudahkah anda bertemu Tuhan?
Mari berandai, jika wajah anda tidak setampan Mas Tukul, apakah engkau menesali hidupmu? Wahai nona, jika senyummu tidak sedamai telaga, apakah yang engkau sesali?
Wahai Jimmy, tidakkah lebih baik punya isteri tiga dan beberapa simpanan lagi daripada hanya seorang isteri untuk seumur hidup?

Apa? Mau tanya pendapatku? Jawabku:
Aku Tidak Tahu!


Post title : Jimmy Please Dont Cry
URL post : https://adanggak.blogspot.com/2009/04/jimmy-please-dont-cry.html

0 komentar:

Show Emoticons

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :q: :s:

Posting Komentar